Kata seorang
temanku, aku adalah individu yang memiliki tipe pengamat. Menurutku, “pengamat”
merupakan aspek yang wajib ada dalam
diri kita sebagai makhluk sosial, ini tak pernah ada di pelajaran Sekolah
Dasar. Jika “mengamati” termasuk ke dalam “tipe”, berarti keberadaannya menjadi
sangat fleksibel. Bisa ada, boleh tidak. Karena mengamati sejatinya adalah
melatih daya pikir dan kepekaan. Sebagian temanku juga menyebutku sebagai orang
yang sinis dalam berkata dan dalam memberikan komentar. Aku berbicara terhadap
apa yang aku lihat dan pikirkan. Pengamat harus obyektif, tetapi subyek tetap
menjadi variabel yang sangat penting.
Tak kalah penting adalah tak pernah ada niat untuk menyakiti siapapun dengan
cara apapun, apalagi dengan lisan ini. Sorry.
Aku
mengabadikan tulisan ini (Menulis untuk keabadian, -Kata teman di keluarga
organisasi yang aku ikuti. Jadi sekarang aku tak pernah menulis tulisan, tapi
mengabadikannya) atas hasil pengamatan dasar yang sudah aku lakukan. Mengunakan
“Akal dan Penginderaan”, dengan
lincah aku membuat kesimpulan. Walaupun pemikir seharusnya tidak boleh
cepat-cepat mempercayai dan mengambil kesimpulan, bahkan menjadikan kesimpulan
sebagai tujuan. Haram!