Wednesday 1 October 2014

Kenapa harus memiliki semuanya? [part 1]



"Kamu adalah apa yang kamu miliki."

Berawal dari pertanyaan-pertanyaan sederhana dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari. Karena hidup di zaman teknologi, jadi sebagian besar aktivitas kita juga menggunakan teknologi terapan yang menjadi alat bantu kerja, misalkan kompor untuk memasak, dan sebagai media atau penyalur komunikasi-informasi, seperti telepon untuk berbicara jarak jauh dan televisi sebagai sumber informasi dan hiburan. Dan akhirnya aku akan berbicara tentang KEBUTUHAN.

Dibeberapa kesempatan, aku bergabung (menemui; mendekati) sekelompok teman, beberapa teman di setiap kelompok pasti ada yang bertanya tentang kebutuhan teknologi kepadaku. Aku simpulkan percakapannya seperti ini:

mas, Pin BBmu berapa? tanya seorang teman kepadaku.
Aku memburu handphoneku dalam kantong, menyodorkannya sampai temanku benggong. nih, tak lupa kuberi senyuman biar enggak dikira sombong. hehe.
hmm.. dia mengerutkan bibirnya dan sedikit tersenyum.

Apa aku menjengkelkan? Enggak laah..
Biasanya setelah percakapan itu terjadi, maka si lawan bicara akan pergi sementara dari hadapanmu atau kalaupun melanjutkan perbincangannya, pasti akan membahas hal lain.
Menurutku jawaban dari “Pin BBmu berapa?” diatas adalah jawaban yang paling efektif dan sempurna sampai detik ini  coba bandingkan dengan jawaban dan prediksi percakapan dibawah ini:

mas, Pin BBmu berapa?
Oh aku enggak pakai BB dek, hehe
pasti pakai Android ya? Tapi belum download BBM ya?
Enggak dek, aku emang gak niat buat BBM,hehe
yaudah tapi pasti punya Whatsapp, Line, BeeTalk, WeChat, KakaoTalk, Instagram, Path kaaaan?
AKU CUMA PUNYA KAMUH! saking emosinya sampai pengen ngomong gitu ya.. HAHA.

RIBET kan? Kebanyakan “hehe” sih.

Hmm.. Tapi sepertinya enggak enak kalau percakapan jadi gini:

mas, Pin BBmu berapa?
oh aku belum punya hape dek, hehe
lhoh kenapa enggak beli? Ini aja punyaku hampir 4 juta buat chasingnya doang
ASTAGFIRULLAH! Buat apa mahal-mahal kayak gitu? Emang habis itu kamu jadi keren? Bisa terbang? IP Cumlaude? Balikan sama mantan? Disayang mertua? Bisa foto sama Maudy Ayunda gitu? HAH!
Badannya gemetar. Sambil gigit jari, dia berkata dengan lirih, apah?
"Ngapain? Jangan-jangan kamu maksa ibu buat beli itu, ingat ibumu bukan wonderwomen yang bisa terus menahan rasa sakit karena menurutimu! Apa jangan-jangan lagi kamu mendapatkan uang itu dengan cara yang tidak sholehah! Jual bakso boraks, nasi gorang tikus, korupsi kuota impor daging sapi, korupsi dana haji, atau nipu orang jual hape second tapi ternyata hape bekas?!"

Eh, hape bekas itu hape second enggak sih? -_- Lupakan tentang hape bekas, tapi jangan lupakan attitude. Karena attitudelah yang membedakan antara anjing dan Superman. HOHO.

Kenapa harus memiliki semuanya? Apakah memiliki itu sesuatu kegiatan yang keadaannya selalu abadi? Apakah hal yang kita miliki akan selalu bersama kita? Apakah kesetiaan adalah hal abadi? Apakah arti memiliki itu? Apakah arti setia? Apakah arti abadi? – Kenapa ada banyak jawaban yang belum ditemukan untuk pertanyaan yang lebih banyak?

Memiliki dan setia adalah suatu harapan dalam perasaan. Keabadian adalah kondisi dan prediksi oleh sesuatu yang tidak abadi. Jadi keabadian hanyalah mitos, tak terbuktikan. – Menurutku.

Intinya: Apakah yang telah kita miliki adalah yang seharusnya kita miliki?

Jika muncul pertanyaan diatas maka akhirnya akan membicarakan tentang kemanfaatan. Ukuran kemanfaatan suatu hal, benda ataupun tindakan selalu bersifat Relatif. Relatifitas tersebut hadir karena takaran kemanfaatan/kegunaan sangat bergantung kepada siapa yang memanfaatkan dan menggunakannya. Di waktu dan kondisi tertentu kemanfaatan dapat berubah, menjadi lebih bermanfaat atau menjadi sebaliknya. Misalkan, Laptop. Mahasiswa semester akhir menggunakan laptop untuk proses penulisan skripsi, lebih bermanfaat dari pada pengangguran gaptek yang memegang laptop, laptop pun menjadi pengangguran mendadak. Beda hal dengan pecandu geme menggunakan laptop untuk bermain game dan membuang waktu dibanding pemulung yang menjual laptop hibah untuk membeli beras penyambung nyawa. Game = tersier dan Makan = primer.

Aku juga kadang bingung sih.

Aku enggak punya BlackBerry, Android, Whatsapp, Line, BeeTalk, WeChat, KakaoTalk, Instagram, Path, dan lain-lainnya yang belum aku ketahui dan yang belum ditemukan. Sms? Telpon? Aku cuma punya Facebook dan Twitter yang bisa berteman dengan teman secara maya walaupun aku bisa ketemu langsung secara nyata dengan mereka; aku cuma punya Blog yang bisa memuat tulisan, curhatan, makian yang akupun enggak harus bayar untuk sekadar memuatnya dan bahkan disana enggak ada editor cerewet yang semena-mena ngedit tulisanku; aku juga cuma punya Tumblr yang bisa memuat foto-foto yang secara bebas aku pamerkan disana, that’s my instagram; aku juga cuma ikut Postcrossing, disana bisa saling bertukar kartu pos antar Negara antar benua. Banyak jalan, dan itu enggak selalu sama.

Banyak media, banyak alat untuk menghapus jarak dengan cara yang tak langsung atau dengan perantara. Ketika mereka mulai semakin hidup, peneliti sosial gaya tradisional akan semakin mati. Pasti dalam pikiran kita merasa bahwa lebih baik bertatapan langsung daripada melalui media tak langsung, pasti. Karenanya masih ada kata “Kangen” walaupun setelah berkangen-kangenan lewat telepon. Karenanya masih ada alasan “Aku enggak bisa LDR-an” dalan akhir kisah cinta. Ah kalian.

Aku pernah tanya temanku:

atas dasar apa kamu pada suatu waktu memilih aplikasi ini daripada aplikasi itu dan aplikasi lainnya?
hm.. aku tau maksudnya. Karena lagi suka aja pakai ini, lha temen-temen yang lain banyak yang pakai ini juga. Tergantung mood. Kemarin juga ganti sih karena ada yang baru lagi. Gitu sih, binggung jelasinnya. Terangnya.
berarti besok bisa ganti dong? Karena bosen, ada yang baru, atau temennya sepi. Gitu.
iya, gitu juga sih. Dia sepakat.

Karena mood, perasaan dan keadaan. Enggak ada yang abadi. Guys, no one perfect!

Kebutuhan utama manusia secara individu yang sering dianggap remeh adalah interaksi. Interaksi terkadang tidak dianggap dalam kategori kebutuhan oleh manusia. Interaksi terjadi karena manusia memiliki kebutuhan dan keinginan lainnya. Misalnya, ketika mengarjakan soal, seorang siswa melakukan kesalahan dalam menulis jawaban, untuk membenarkan tulisannya dia harus meminjam penghapus yang dia tidak punyai kepada temannya. Nah, itulah interaksi karena kebutuhan yang lain.

Coba banyangkan, kalau setiap manusia secara individu memiliki apapun yang dibutuhkan!

Thursday 22 May 2014

Surat Untukmu




Hai,

Selamat pagi,
Aku ucapkan selamat pagi untukmu, karna aku ingin lirikan matamu kulihat disetiap pagiku.
Apa surat ini sampai pada kamu yang kutuju?
Tentunya jika sudah kamu baca, artinya sudah sampai pada tujuan.. hehe
Ini adalah surat pertamaku untukmu, tapi sudah dua kali ini aku menulis surat. Surat pertama kutujukan untuk saudara kembarku. Pastinya dia memiliki tanggal lahir yang sama denganku.

Tuesday 6 May 2014

FRIENDS



Free and never end.
Hai. Membahas teman, menurutku teman itu gratis dan tidak ada habisnya. Gratis, karena untuk mendapatkannya tidak memerlukan uang, upah ataupun upeti, malah kita bisa bebas memilih, bebas memilah. Saking gratis dan bebasnya, teman itu sangatlah banyak keberadaannya, berbagai jenis dan tipe juga. Menurutku kalimat “mencari teman” itu agak keliru, yang benar “memilih teman”, karena teman itu sudah tersedia dan tinggal memilihnya saja. Semua bisa dijadikan teman, karena pada awalnya mereka adalah teman. Banyak orang berucap “belajar malam dengan ditemani secangkir kopi”, nah secangkir kopi saja bisa disebut teman, apalagi individu-individu bernyawa yang tentunya ada di sekitar dan di keseharian kita. Misalnya tukang tambal ban, bapak tukang tambal ban itu membantu kita dalam membenahi ban kita yang bocor, mereka memiliki sifat dasar sebagai teman: membantu. Dan teman tambal ban tersebut menjadi teman kita dengan menempuh proses, salah satunya proses membantu, atau lebih luas lagi bernama interaksi.

Wednesday 16 April 2014

Rumah Lego


Seperti halnya permainan lego, tulisan ini mengibaratkan perasaan bisa disusun dan diubah bentuk semaunya, tanpa merasa bersalah, tanpa ikatan apapun pada bentuk sebelumnya.

Kan kupunguti kepingan hidupku, kuambil satu persatu. Dan kan kubangun lagi, seperti menyusun rumah lego. Jangan khawatirkan apa jadinya, karena kalau ada yang keliru, kalau ada yang tak pas dengan hati, kita bisa menyusunnya kembali.

Seperti halnya dengan tiga kata ajaib, aku cinta kamu, yang mampu menciptakan kehidupan seseorang, sekaligus mampu menghancurkan kehidupan seseorang. Aku tak peduli lagi dengan kata itu. Hatiku, bisa kususun ulang. Tapi, seluruh cinta itu hanyalah untukmu.

Karena aku, adalah satu-satunya orang yang kau miliki, yang kau percayai untuk menyusun kehidupanmu. Saat mendung menggantung, hari gelap di bulan Desember yang dingin, kita ada untuk saling menghangatkan. Saat hatimu galau dan tak bisa disembuhkan, aku akan selalu ada untukmu, untuk melindungimu dari badai kehidupan ini, yang sewaktu-waktu bisa menghancurkanmu.

Tenang saja, hatiku tak mudah tersentuh. Tenang saja, aku tak punya cinta. Aku tak mudah jatuh cinta. Tapi aku sayang kamu, karena hanya kamu lah yang kumiliki. Dari segala hal yang kulakukan, semua kulakukan demi dirimu. Sepertinya, aku semakin menyayangimu akhir-akhir ini.

Mungkin kau pikir aku tak peduli. Memang begitulah. Atau malah kau pikir aku tak waras. Bisa jadi. Tapi, bukan karena aku mencintaimu. Aku hanya peduli padamu. Aku sayang kamu, tapi hanya sebatas itu. Kurasa akhir-akhir ini aku semakin menyayangimu.

Kan kulukis dirimu serupa angka, agar bentuknya jelas tak kemana-mana. Lalu kuwarnai, agar tak semenyeramkan angka yang kaku tak seperti bahasa.
Jika seluruh keadaan sudah membaik, aku akan memamerkan gambar dirimu, kubingkai dengan cantik, kupajang di dinding. Agar semua orang mengenalmu dan kau jadi tambah percaya diri karena hal itu.

Memang tak pantas kukatakan semua ini padamu. Bahwa aku tak peduli, bahwa aku tak mencintaimu. Tapi, aku pernah berada di posisimu. Tertolak, sendirian. Kini, aku tak berani berharap lagi. Aku sayang kamu, dan ini sudah cukup. Aku tak berani meminta kau membalasnya. Cukup kuserahkan saja hatiku padamu, rawatlah dengan baik, jangan kau siakan.

Dan biarkan aku merdeka menjalani hidupku. Tanpa jatuh cinta yang membelengguku. Biarkan saja diriku menjelajah segala rasa, berkelana ke mana-mana. Karena sepertinya, yang menghubungkanku dengan rasa jatuh cinta telah teputus. Dan menyayangimu, adalah batas terakhir yang bisa kulakukan.

Ed Sheeran

Monday 24 February 2014

Hujan Deras di Utara



Jika hidup ini hanyalah sebuah  mimpi, lalu mengapa kita masih saja selalu serakah?
Seharusnya kita buang saja segala perhiasan yang kita miliki itu, agar kita tak lagi hanya memperhatikan penampilan.
Karena berlian yang nampak, sesuatu yang terlihat indah dari luar, tidak selalu berarti baik di dalam, bahkan bisa berbahaya, seperti hal nya gelas kaca yang telah pecah.

Hingga suatu saat Ia berkata, bahwa Ia sama sekali tidak percaya akan dongeng, soulmate, takdir, cinta sejati, segala hal yang dipercaya orang-orang di luara sana itu, ah semuanya itu menurutnya hanyalah omong kosong.
Sunggguh menipu dan menyesakkan dada.
Hingga akhirnya tetesan air mata mengalir mendengarnya, tetesan air mata yang hadir sebagai tanda cinta kepadanya

Ah bulan, jangan dulu kau turun, aku ingin berlama-lama dulu denganmu di sini, aku ingin menikmati malam mu hingga nanti.
 
Layaknya kopi di pagi hari, begitu manis dan sederhana.
Hanya baling-baling penunjuk angin itu lah satu-satunya milikku dan kesendirianku.
 
Hari-hari berlalu, cerita demi cerita berganti.
Kini engkau telah pergi, pergi meninggalkan hari.
Ah, ingin lagi kembali ke masa lalu.
Aku merindukanmu saat kau jauh, saat kau mengingatku dan berharap hal baik terjadi padaku.
 
Bibir ini beku, rumit  dan begitu rapuh.
Tak ada sedikitpun kata-kata yang terucap, tak ada yang terungkapkan.
Dan semakin lama akan semakin terkikis tak bersisa.
Habis secara perlahan.
Menyisakan lubang.
Ya, saya tahu benar bahwa hidup penuh dengan segala kesulitan , cobaan, dan bisa jadi ini termasuk di dalamnya.
Tapi.. sudahlah, redakanlah fikiran seperti ini, lenyapkanlah semua dari kepala, buatlah seakan seperti di rumah mu sendiri.
Nyaman dan menenangkan.
 
Namun, mau bagaimanapun, engkau telah berada di sini, di dalam diri ini, hadir di tiap hela hembus nafas ini.
Hanya berharap engkau akan tertarik kepada orang yang tak akan pernah bosan memandangimu ini.

Wednesday 19 February 2014

Nak..

Wahai anak-anakku yang aku sayangi, walaupun aku tak pernah memberitahu kepada mereka atau bahkan kalian yang ingin tahu.
Wahai anak-anakku, juga kalian anak-anak yang sudah kuanggap sebagai anak-anakku. Berkumpul lah!
Berkumpul lah! Wahai kalian yang sempat pecah, kalian yang memecahkan diri untuk menyatu dengan dirimu, dengan cita-cita dan tujuanmu.
Aku menunggu kebersatuan kalian, menunggu suara gertakan kenyamanan yang kalian tinggalkan.
Kini tanpa kalian aku hanya siap perang.
Hanya bersama kalian aku siap menang!
Anak-anakku, bolehkan aku sebut ini perang? Ini perang yang direstui tuhan.
Perang yang mendamaikan.
Letakkan dengan aman sejenak ego negatifmu, gandeng erat tangan saudara disamping kalian, mereka juga anak-anakku.
Aku tak pernah mengizinkan kalian ikut perang, tapi ini perjuangan tentang apa yang kita tuliskan di kotak pertahanan lawan, ini tujuan kita.
Anak-anakku, maaf jika aku menjadi plin-plan. Memasukkan kalian di jurang perang.
Semoga kita kembali kerumah dengan jumlah yang sama.
 
-AKU, Ayah yang tak kalian kenal.

Monday 6 January 2014

Tahun baru? (Imitasi, urgensi, resolusi dan sugesti)



“Yudha bobo dulu sanah, katanya kan ntar malem mau nyalain kembang api,” pinta Mama pada 31 Desember sore.
Pada pagi 1 januari aku terbangun dan menangis, “Mama kok endak bangunin aku?”
Imitasi.
Dulu terasa sangat kecewa hanya karena tertidur di malam tahun baru. Kenapa aku sebegitu pengennya merayakan tahun baru dengan kembang api yang menyebarkan madu kecerahannya? Percakapan tadi berlangsung ketika aku masih kanak-kanak, sekitar angkatan muda waktu SD. Ya, semuanya karena ada kejadian serupa yang sebelumnya pernah terjadi dan aku menirunya. Dalam teori dasar Interaksi di Sosiologi ada yang namanya Imitasi dan Identifikasi, inti dari kedua istilah itu adalah adanya kehendak dalam setiap individu untuk melakukan proses meniru, menginginkan untuk menjadi sama, dan pada tingkatan paling akhir dalam proses itu individu akan menemukan tokoh yang diidolakan. Dalam kaitannya dengan malam tahun baru, memoriku ketika masa kanak-kanak merekam kegiatan malam tahun baru yang dilakukan pemuda lingkunganku saat itu, nongkrong di jalan utama meniup trompet, mengenakan topi kerucut dan menyalakan kembang api. Mungkin seperti kakak tingkat yang mengospek adik tingkatnya kerena dulu juga kena ospek, tapi kembang api tak seseram ospek kok, hehe. Aku pengen, karena orang sebelumnya juga melakukannya. Kenapa aku tidak boleh melakukannya?

Thursday 2 January 2014

Ultramanku Pergi ke Lawu

Karena aku belum bisa pergi naik gunung, maka aku diwakilkan oleh Ultraman pada 24 desember 2013. Jadi aku menitipkan Ultramanku dan memfotonya ke @Esdaniar. Thanks Esd!