Wednesday 13 November 2013

ATTACK THE DAY! (KELUHAN, TUJUAN DAN CITA-CITA)



Sebuah Keluhan
Setiap hal yang kita inginkan sebaiknya dan biasanya harus memerlukan usaha, kecuali kalau kita adalah tuhan. Tapi sebenarnya kita memang benar-benar tuhan bagi diri kita sendiri. Hal yang kita inginkan sangat beragam, usahanya pun juga demikian. Keinginan membutuhkan usaha, dan usaha harus memiliki fokus tujuan. Hal itu intuk menghindari perputaran tanpa ujung.
Aku berusaha mati-matian setiap harinya, untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari sebelumnya. Predikat “Terbaik” bukanlah sebuah destinasi dari apa yang aku lakukan dan pikirkan setiap hari. aku mencari dan mengumpulkan semua hal yang menurut mayoritas adalah “hal baik”, kemudian memilahnya berdasarkan kecocokan penilaianku dan mereka yang aku sebut mayoritas. Aku sadar bahwa ini adalah keluhan.
Kenapa kita mengeluh? Karena kita punya kehendak untuk mengeluh. Kenapa bisa muncul kehendak seperti itu? Karena ada sesuatu hal yang kita kehendaki belum muncul, atau hal yang tidak kita kehendaki malah muncul. Artinya adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara harapan dan realita. Karena hidup selalu mengejutkan dan penuh kejutan, tenang.
Destinasi? Destinasi adalah harga atau uang dalam Tour Agency, atau judul film seru yang agak menakutkan Final Destination. Setidaknya mereka adalah hal-hal yang aku pikirkan ketika mendengar kata Destinasi pada masa remajaku. Karena aku merasakan hidup pada akhir-akhir ini, jadi Destinasi adalah tujuan hidup. Dan tujuan hidup adalah sesuatu hal yang dianggap penting, serta diperjuangkan dengan segala usaha-usaha yang dirumuskan. Tetapi terkadang tujuan bisa berubah secara mendadak, dan artinya ada ketidakcocokan antara usaha dan tujuan, keduanya tidak ada hubungannya. Tapi percayalah, tidak ada hal yang sia-sia. Seperti tujuan, usaha pun bisa berubah-ubah.

Perubahan Tujuan
Dan tujuan itu sangat bisa berubah, karena semua hal itu bisa berubah, seperti keadaan sosial bahkan perasaan. Perubahan tujuan yang saya alami jelas-jelas adalah ketika aku memikirkan cita-cita, sejak belajar di Taman Kanak-kanan (TK) sampai sekarang (Mahasiswa semester 7) jika ditanyai tentang cita-cita pasti selalu berubah. Dari pertama TK pengen banget jadi Ultraman. Di bangku Sekolah Dasar (SD) aku sadar kalau Ultraman itu hanya khayalan, karena aku saat itu masih terobsesi untuk bisa terbang maka aku dengan resmi mengganti cita-citaku menjadi pilot. Akhir masa di SD, banyak berita kecelakaan pesawat terbang dan aku trauma akan hal itu. Sampai pertengahan tahun di Kelas 7 SMP, aku tidak punya cita-cita dan rasanya itu hampa, kaki seperti tak menginjak apapun, namun juga tak pernah jatuh. Sangat bimbang tak punya tujuan. Secepatnya aku menetapkan cita-cita baruku secara sepihak (tanpa persetujuan keluarga besar). Dalam hati aku berkata “Next Destination is you, Doctor!”.
“Dokter hanyalah pemanis angan”, kalimatku di hari ketika aku ditetapkan menjadi siswa IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) saat berada di kelas 10 SMA. Harapanku pupus, lukaku abadi seperti tinta permanen yang takkan pernah bisa dihapus. Hehehe.. Jadi belajar di IPS dulu seperti terpaksa, untung ada teman-temanku yang sangat pantas untuk aku jadi kan teman, saudara lebih tepatnya. Terima kasih Almarhum Fajri, Danang, Kris, Ekii, Indro dan banyaaaak lagi. I miss you all! Kalian membuatku berkata “YES” untuk IPS.
Kembali ke cita-cita, aku jadi males mempunyai cita-cita. Paling nanti kandas, paling besok batal, dan sebagainya. Aku ingin bebas, tidak terkurung dengan pilihan sendiri dan tidak kecewa. Ingin bebas terbang kapanpun tanpa rasa sakit, karena sejujurnya sampai saat ini aku masih ingin terbang. Hehehe.. Tapi sebenarnya sejak itu dan sampai kuliah di semester 6 aku masih ingin memiliki cita-cita yang bebas sebebas-bebasnya seperti dalam bidang seni, pelukis, pemahat, dan penulis cerita. Walaupun pada akhirnya aku kuliah dan belajar dalam peluan sebagai pendidik.
Tujuan: Aku ingin menjadi Guru! (Sejak praktek disekolahan (PPL))
Aku sadar aku belajar dan kuliah di lahan pendidik, jadi aku akan membasahi jiwa dan raga yang terlanjur basah ini dengan harapan. Harapan untuk menjadikan diri ini dan orang lain menjadi lebih baik, walaupun ukuran baik-buruk tidaklah pasti, seperti volume air laut di dunia ini. Dan aku sadar mendidik adalah hal yang membutuhkan totalitas, kerja keras dan kesabaran. Aku juga sangat sadar, bahwa aku dikelilingi oleh rasa malas dan bosan yang melanda.
Ingin: …
Karena aku sadar akan apa yang tertulis diatas, maka…..
Aku masih ingin menjadi pelukis, pemahat dan penulis cerita..
Aku masih ingin bercita-cita, semauku sebanyak mungkin..
Aku masih ingin menjadi orang yang bisa segalanya..
Walaupun aku sadar tidak ada orang yang seperti itu…
Tapi aku adalah tuhan untuk diriku sendiri..
Aku punya kehendak…
Aku masih ingin menjadi ultraman…
Aku masih ingin terbang…
Aku tidak takut pada ketinggian…
Aku tidak takut pada apapun…
Apapun itu bisa dikalahkan…
Kecuali Allah.
Categories:

6 comments: