Sebuah Keluhan
Setiap hal yang kita inginkan
sebaiknya dan biasanya harus memerlukan usaha, kecuali kalau kita adalah tuhan.
Tapi sebenarnya kita memang benar-benar tuhan bagi diri kita sendiri. Hal yang
kita inginkan sangat beragam, usahanya pun juga demikian. Keinginan membutuhkan
usaha, dan usaha harus memiliki fokus tujuan. Hal itu intuk menghindari
perputaran tanpa ujung.
Aku berusaha mati-matian setiap
harinya, untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari sebelumnya. Predikat
“Terbaik” bukanlah sebuah destinasi dari apa yang aku lakukan dan pikirkan
setiap hari. aku mencari dan mengumpulkan semua hal yang menurut mayoritas adalah “hal baik”, kemudian
memilahnya berdasarkan kecocokan penilaianku dan mereka yang aku sebut mayoritas. Aku sadar bahwa ini adalah
keluhan.
Kenapa kita mengeluh? Karena kita
punya kehendak untuk mengeluh. Kenapa bisa muncul kehendak seperti itu? Karena
ada sesuatu hal yang kita kehendaki belum muncul, atau hal yang tidak kita
kehendaki malah muncul. Artinya adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara
harapan dan realita. Karena hidup selalu mengejutkan dan penuh kejutan, tenang.
Destinasi? Destinasi adalah harga
atau uang dalam Tour Agency, atau judul
film seru yang agak menakutkan Final
Destination. Setidaknya mereka adalah hal-hal yang aku pikirkan ketika
mendengar kata Destinasi pada masa remajaku. Karena aku merasakan hidup pada
akhir-akhir ini, jadi Destinasi adalah tujuan hidup. Dan tujuan hidup adalah sesuatu
hal yang dianggap penting, serta diperjuangkan dengan segala usaha-usaha yang
dirumuskan. Tetapi terkadang tujuan bisa berubah secara mendadak, dan artinya
ada ketidakcocokan antara usaha dan tujuan, keduanya tidak ada hubungannya.
Tapi percayalah, tidak ada hal yang sia-sia. Seperti tujuan, usaha pun bisa
berubah-ubah.
Perubahan Tujuan
Dan tujuan itu sangat bisa berubah,
karena semua hal itu bisa berubah, seperti keadaan sosial bahkan perasaan. Perubahan
tujuan yang saya alami jelas-jelas adalah ketika aku memikirkan cita-cita,
sejak belajar di Taman Kanak-kanan (TK) sampai sekarang (Mahasiswa semester 7)
jika ditanyai tentang cita-cita pasti selalu berubah. Dari pertama TK pengen
banget jadi Ultraman. Di bangku Sekolah Dasar (SD) aku sadar kalau Ultraman itu
hanya khayalan, karena aku saat itu masih terobsesi untuk bisa terbang maka aku
dengan resmi mengganti cita-citaku menjadi pilot. Akhir masa di SD, banyak
berita kecelakaan pesawat terbang dan aku trauma akan hal itu. Sampai pertengahan
tahun di Kelas 7 SMP, aku tidak punya cita-cita dan rasanya itu hampa, kaki
seperti tak menginjak apapun, namun juga tak pernah jatuh. Sangat bimbang tak
punya tujuan. Secepatnya aku menetapkan cita-cita baruku secara sepihak (tanpa
persetujuan keluarga besar). Dalam hati aku berkata “Next Destination is you,
Doctor!”.
“Dokter hanyalah pemanis angan”, kalimatku
di hari ketika aku ditetapkan menjadi siswa IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) saat
berada di kelas 10 SMA. Harapanku pupus, lukaku abadi seperti tinta permanen
yang takkan pernah bisa dihapus. Hehehe.. Jadi belajar di IPS dulu seperti
terpaksa, untung ada teman-temanku yang sangat pantas untuk aku jadi kan teman,
saudara lebih tepatnya. Terima kasih Almarhum Fajri, Danang, Kris, Ekii, Indro
dan banyaaaak lagi. I miss you all! Kalian membuatku berkata “YES” untuk IPS.
Kembali ke cita-cita, aku jadi males
mempunyai cita-cita. Paling nanti kandas, paling besok batal, dan sebagainya.
Aku ingin bebas, tidak terkurung dengan pilihan sendiri dan tidak kecewa. Ingin
bebas terbang kapanpun tanpa rasa sakit, karena sejujurnya sampai saat ini aku
masih ingin terbang. Hehehe.. Tapi sebenarnya sejak itu dan sampai kuliah di
semester 6 aku masih ingin memiliki cita-cita yang bebas sebebas-bebasnya
seperti dalam bidang seni, pelukis, pemahat, dan penulis cerita. Walaupun pada
akhirnya aku kuliah dan belajar dalam peluan sebagai pendidik.
Tujuan: Aku ingin menjadi Guru! (Sejak praktek disekolahan (PPL))
Aku sadar aku belajar dan kuliah di
lahan pendidik, jadi aku akan membasahi jiwa dan raga yang terlanjur basah ini
dengan harapan. Harapan untuk menjadikan diri ini dan orang lain menjadi lebih
baik, walaupun ukuran baik-buruk tidaklah pasti, seperti volume air laut di
dunia ini. Dan aku sadar mendidik adalah hal yang membutuhkan totalitas, kerja
keras dan kesabaran. Aku juga sangat sadar, bahwa aku dikelilingi oleh rasa
malas dan bosan yang melanda.
Ingin: …
Karena aku sadar akan apa yang
tertulis diatas, maka…..
Aku masih ingin menjadi pelukis,
pemahat dan penulis cerita..
Aku masih ingin bercita-cita, semauku
sebanyak mungkin..
Aku masih ingin menjadi orang yang
bisa segalanya..
Walaupun aku sadar tidak ada orang
yang seperti itu…
Tapi aku adalah tuhan untuk diriku
sendiri..
Aku punya kehendak…
Aku masih ingin menjadi ultraman…
Aku masih ingin terbang…
Aku tidak takut pada ketinggian…
Aku tidak takut pada apapun…
Apapun itu bisa dikalahkan…
Kecuali Allah.
kayaknya lagi galau soal masa depan, dan menyesal soal masa lalu.
ReplyDeleteIyaa nih, lagi galau... :)
Deletedari Sd sampe sekarang cita-citaku tetep pengen jadi Sailormoon, mar xD
ReplyDeleteReally? hehehe... Lanjutkan, semoga tercapai :D
Deletekatanya waktu TK mau jd helikopter? :p
ReplyDeleteyang penting terbang :D
Delete