Wahai anak-anakku yang aku sayangi, walaupun aku tak pernah memberitahu
kepada mereka atau bahkan kalian yang ingin tahu.
Wahai anak-anakku,
juga kalian anak-anak yang sudah kuanggap sebagai anak-anakku. Berkumpul
lah!
Berkumpul lah! Wahai kalian yang sempat pecah, kalian yang memecahkan diri untuk menyatu dengan dirimu, dengan cita-cita dan tujuanmu.
Berkumpul lah! Wahai kalian yang sempat pecah, kalian yang memecahkan diri untuk menyatu dengan dirimu, dengan cita-cita dan tujuanmu.
Aku menunggu kebersatuan kalian, menunggu suara gertakan
kenyamanan yang kalian tinggalkan.
Kini tanpa kalian aku hanya siap perang.
Hanya bersama kalian aku siap menang!
Anak-anakku, bolehkan aku sebut ini perang? Ini perang yang direstui tuhan.
Anak-anakku, bolehkan aku sebut ini perang? Ini perang yang direstui tuhan.
Perang yang mendamaikan.
Letakkan dengan aman sejenak ego negatifmu, gandeng erat tangan saudara disamping kalian, mereka juga anak-anakku.
Aku tak pernah mengizinkan kalian ikut perang, tapi ini perjuangan tentang apa yang kita tuliskan di kotak pertahanan lawan, ini tujuan kita.
Letakkan dengan aman sejenak ego negatifmu, gandeng erat tangan saudara disamping kalian, mereka juga anak-anakku.
Aku tak pernah mengizinkan kalian ikut perang, tapi ini perjuangan tentang apa yang kita tuliskan di kotak pertahanan lawan, ini tujuan kita.
Anak-anakku, maaf jika aku menjadi plin-plan. Memasukkan kalian di
jurang perang.
Semoga kita kembali kerumah dengan jumlah yang sama.
Semoga kita kembali kerumah dengan jumlah yang sama.
-AKU, Ayah yang tak kalian kenal.
0 comments:
Post a Comment