Monday 19 October 2015

Jika Aku Pencuri


Aku ingin mencuri Tanah dari Hujan, agar kau bisa dengan mudah memahami bahwa aku ingin kau cemburu.
Aku ingin kau seperti Tanah, yang bermanfaat walau sedang menunggu, yang tetap menunggu meski Hujan tidak datang. Dinginku berhak menjadi pelukmu, jika rindumu setenang itu.

Aku ingin mencuri Hujan dari Tanah.
Lagi-lagi ku tampakkan mendungku, aku ingin kau lebih cemburu. Aku selalu suka Hujan. Aku ingin kau selalu berjuang, tak peduli jumlah kau tuang. Lembut walau tampak tergesa-gesa, tak peduli apakah Tanah masih menunggu. Kau selalu datang.

Aku ingin mencuri Gerbong kereta yang kita naiki.
Aku ingin kau ingat. Sepasang kita menanti di kursi kayu, melirik arah datang hal kokoh yang kita tak pernah tahu. Tersentak tanpa teriak, kita dan mereka beranjak. Tujuan yang sama, tanpa tahu bagaimana akhirnya. Tapi maknanya, dari awal kita memilihnya.

Aku ingin mencuri Boneka yang kau peluk.
Aku ingin kau tahu. Kau punya hati yang lebih lembut, tutur dan janji yang lebih rapi dari jahitan yang ada di kucing putih itu. Ia tidak memikirkanmu, menginggatmu, dan bahkan ia tak pernah bisa memelukmu. Tapi, kau selalu melakukannya.

Oh jika aku pencuri…

Aku ingin mencuri Cerita yang kau tulis.
Kini aku yang cemburu. Selain sujud dan dinginnya mimpi, ialah yang sering merenggut tengah malammu.  Mengulanginya, hapus kesalahan yang terkuak. Menyadarkan setiap kata, tanpa teruap. Kau melakukannya.

Aku ingin mencuri Ibumu.
Ia selalu membuatmu lebih teduh. Diselipkan hujan dalam do’a yang terkirim padamu walaupun kau tak pernah memintanya.

Aku ingin mencuri Ayahmu.
Ia selalu membuatmu lebih kuat. Bagimu, lengannya adalah rumah. Satu kecupan darinya, kau akan menjadi seperti ibumu.

Mungkin jika aku pencuri…

Aku ingin mencuri Senyumanmu.
Bukannya aku tak ingin kau tersenyum. Tapi kau tak pernah tahu apa yang terjadi ketika kau tersenyum. Leherku terputar mengiyakan mataku mencari hal sejuk itu, lidahku tergigit agar aku tak tertangkap basah mengikutimu tersenyum dan hatiku terasa tertinggal di dalam tubuh boneka yang kau peluk.

Aku mencuri Hatiku sendiri, agar kupastikan ia tak bisa mencintai siapapun lagi.
Dengan caraku sendiri, aku menyembunyikannya dengan tanah sekuat lengan Ayahmu, percik hujan seteduh do’a ibumu, dan dengan pelukan yang tak terlepas, dibawah bangku di gerbong kereta yang kita naiki…

Jika aku pencuri, maka aku akan mencuri.

Jika aku punya cinta, maka aku mencintaimu.

...
Categories:

3 comments:

  1. "Aku ingin mencuri Senyumanmu.
    Bukannya aku tak ingin kau tersenyum. Tapi kau tak pernah tahu apa yang terjadi ketika kau tersenyum. Leherku terputar mengiyakan mataku mencari hal sejuk itu, lidahku tergigit agar aku tak tertangkap basah mengikutimu tersenyum dan hatiku terasa tertinggal di dalam tubuh boneka yang kau peluk." dalem bgt mas 😳

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete