Sunday 25 October 2015

Pak Presiden, Hari Jomblo Nasional Dong!



Memenuhi salah satu janjinya sewaktu masih kampanye, Presiden Republik Indonesia—Jokowi—akhirnya menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. Dalam pidatonya, presiden menjelaskan bahwa penetapan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terimakasih atas kontribusi para santri dalam usaha memerdekakan bangsa.

Seperti biasa, sebelum dan setelah ditetapkannya Hari Santri Nasional, banyak pro-kontra yang bermunculan. Para santri kebanyakan mendukung keputusan tersebut, hal itu bisa dilihat dari antusias mereka dalam mengikuti kirab atau syukuran peringatan hari santri nasional. Pihak yang menyayangkan keputusan presiden tersebut, mayoritas memiliki opini yang serupa, yaitu penetapan hari santri nasional seakan memberikan kesan bahwa ada sekat yang terdapat di masyarakat Indonesia.

Bagi kaum Jomblo, yang dikenal sebagai kritikus ulung, bukanlah sebuah kekecewaan yang timbul setelah penetapan hari santri nasional, namun rasa iri-lah yang akhirnya meluap. Rasa iri hadir karena kaum Jomblo semakin merasa terasingkan, merasa tidak diakui keberadaannya, diacuhkan, dipandang sebelah mata,

Sebagai jomblo, kami pantas cemburu. Intinya kami ingin para jomblo diberi hal yang sama. Hari Jomblo Nasional. Inilah sebab yang kami jadikan dasar:

1.    Populasi.

Kami percaya bahwa mayoritas penduduk republik ini adalah Muslim, dan kami tidak mempermasalahkan hal itu. Hal tersebut yang menyebabkan opini “adanya sekat antar masyarakat” muncul. Nah, tuntutan kami agar presiden membuat kebijakan hari jomblo nasional bukan tanpa sebab, karena keberadaan kaum jomblo ini sangatlah merata. Faktanya, dipandang dari aspek apapun selalu ada jomblo yang terdeteksi. Dari agama apapun, suku manapun, umur, jenis kelamin, sampai orientasi seks pasti ada Jomblo yang masih setia menunjukkan eksistensinya. Sabang sampai merauke, kota sampai desa, jomblo pasti ada. Tanpa peduli apapun jomblo tetap ada. Jomblo juga Indonesia.

Apalagi di zaman yang sudah tak karuan ini, populasi jomblo semakin menjamur karena budaya patah hati yang semakin mengakar. Bayangkan, anak kelas 3 SD pun kini sudah melabelkan dirinya sebagai kaum Jomblo. Hal itulah yang merusak citra Jomblo di mata masyarakat. Apapun yang melandasi orang-orang untuk menyebut dirinya Jomblo. Positif atau negative yang mereka lakukan, kami selalu bergandengan. Karena jomblo tetaplah jomblo.

Kami akan tetap ada dan berlipat ganda. Meskipun selalu sendiri di rumah dan ditikam sepi, kami tak akan mati. Kami takkan pernah hilang. Jomblo selalu menuntut, camkan!

2.    Kontribusi.

Yakin kalau enggak ada jomblo yang ikut angkat bambu runcing sebelum tanah ini merdeka? Kami selalu ada!

Mungkin berkat jasa-jasa Jomblo ini Pak presiden bisa melenggang ke istana. Banyak relawan bapak yang berpredikat Jomblo yang turun ke jalan. Ada yang benar-benar total mendukung, pasti ada juga yang sok menyibukkan diri agar tak terjebak masa lalu dan menghidarkan sosial media mereka dari bunyi “krik-krik

Namun, sangatlah angkuh dan terkesan terlalu cepat menarik kesimpulan jika ada dari kalian yang mengatakan bahwa “jomblo itu masyarakat tanpa kontribusi”. Pertama, jomblo tidak pernah sombong (lagian apa yang disombongkan? hehe) akan kontribusi apa untuk Negara. Karena jomblo selalu melakukan sesuatu dengan Hati* (*Hati yang kosong) jadi bisa begitu fokus pada proses tanpa peduli apa kata orang. Lihatlah lebih dekat dikampus-kampus, selalu terdapat skill-skill menonjol dari beberapa mahasiswa yang setelah ditelusuri kebanyakan dari mereka tergabung dalam jomblo Indonesia tanpa ikatan. Lebih dekat lagi ke organisasi mahasiswa, jomblo pegiat seni & teater yang tanpa lelah dan peduli waktu untuk latihan, jomblo pecinta alam yang mempersunting bumi Indonesia, dan jomblo pers mahasiswa selalu memberontak tanpa ucapan selamat pagi dari kekasih hati.

Jomblo itu bebas, maka jomblo itu fokus. Ribet jika kau ingin menghidupi seni dan budaya sementara pacar membuatmu tak berdaya. Berat jika kau ingin melestarikan nusantara dan naik gunung sementara asmara tanpa jelas membuatmu hilang arah sampai bingung. Susah jika kau ingin berdiskusi dan melawan sementara orang lain yang bernama Cinta mendebatmu agar tetap tampil menawan.

Jadi, jomblo tak hanya berkontribusi, tapi juga berkarya. Dan yang pasti, berjuang.

*Berdasarkan riset dari Day!nstitute, Jomblo yang konsisten dengan kejombloannya memiliki potensi untuk lebih fokus dari golongan lainnya (Pacaran, longdistance, friendzone, pengidap virus PHP & Tikungunya).
Categories:

4 comments:

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Di korea sudah ada loh hari jomblo, tanggal 14 mei tepatnya.
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete