“Kalo kamu
terus-terusan membandingkan Harapan dan Realita, jangan harap tuhan mengabulkan
harapanmu selanjutnya”.
Harapan dalam
hidup itu sangatlah baik, bisa menjadi motivasi ataupun standard target,
capaian dan rencana yang harus dicapai/dilakukan. Harapan atau yang juga biasa
disebut impian, hope ataupun dream ini bisa dimaksudkan untuk cita-cita atau
cinta, mungkin juga berbentuk do’a. Membahas harapan jadi ingat waktu zaman
Sekolah Dasar (SD), mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa masa-masa sekolah
khususnya saat SD itu, kita telah/mencoba melakukan hal yang repot/rempong atau
tidak afektif karena 2 kali kerja, yaitu: 1. Menggantungkan Cita-cita/Harapan
setinggi langit, dan 2. Meraihnya kembali. Ah, Eksplorasi anak dibawah umur itu.
Mamaku sering bernasehat sebelum aku berangkat sekolah. Pada zaman SD sebelum
aku berangkat ke sekolahan, mamaku selalu menepuk pundakku dan dengan sok
misterius bilang “Nak, teruslah bermimpi”. Dan aku pun menaatinya, tidur di
kelas.
Enak ya kalo
berharap, gratis tinggal pilih. Dan apapun bisa kita ambil, pilah-pilih dan
mesukkin ke keranjang harapan. Berharap dan Ngarep
aslinya punya arti yang sama tapi kalo dari kedengarannya (-kupingku), Ngarep itu adalah Harapan yang
tingkatannya berlebihan. Atau kalo orang jawa bilangnya “Ora nyawang kahanan”. Ngarep itu berharap yang tinggi, karena
harapan itu hakikatnya tinggi. Tapi ngarep itu adalah tingkatan harapan yang
kondisi pengharap itu tahu dengan sadar kalo harapan yang dia pengeni itu gak
mungkin tercapai. Menghayal. Misalnya banyaaaak, jadian sama Maudy Ayunda, nemu
Honda jazz di jalan, atau nikah sama Wang Yihan. Itu tadi contoh-contoh Harapan
yang tidak bertanggungjawab, Ngarep.
Kebanyakan Ngarep itu tidak tercapai.
Yey! Ini
dunia. Berarti tidak ada yang pasti, jadi harapan yang standard rakyat pun juga
gak selalu tercapai. Harapan vs Realita judulnya itu mungkin. Rumusnya, Harapan
– Kenyataan = Amsyong. Artinya jika kamu punya harapan yang begitu kamu perhitungkan,
dan kembali lagi kamu adalah manusia yang gak semua permintaannya dikabulkan,
trus di atas kamu adalah tuhan yang gak akan mengabulkan semua permintaan
manusia. Artinya kenyataannya harapanmu gak tembus, dan kebanyakan manusia yang
harapannya pupus adalah menjadi kecewa dan gak mau berharap lagi. Alias kapok.
Dan menurutku agar tidak tumbuh benih-benih kekecewaan adalah dengan menurunkan
standard harapan atau minimal me-wajar-kan harapan-harapanmu itu. Tekankan pada
usaha dan do’a.
Artinya
jangan berharap hanya sekali, tapi berkali-kali. Butuh cadangan.
0 comments:
Post a Comment