Wednesday 19 June 2013

Harapan





“Kalo kamu terus-terusan membandingkan Harapan dan Realita, jangan harap tuhan mengabulkan harapanmu selanjutnya”.

Harapan dalam hidup itu sangatlah baik, bisa menjadi motivasi ataupun standard target, capaian dan rencana yang harus dicapai/dilakukan. Harapan atau yang juga biasa disebut impian, hope ataupun dream ini bisa dimaksudkan untuk cita-cita atau cinta, mungkin juga berbentuk do’a. Membahas harapan jadi ingat waktu zaman Sekolah Dasar (SD), mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa masa-masa sekolah khususnya saat SD itu, kita telah/mencoba melakukan hal yang repot/rempong atau tidak afektif karena 2 kali kerja, yaitu: 1. Menggantungkan Cita-cita/Harapan setinggi langit, dan 2. Meraihnya kembali. Ah, Eksplorasi anak dibawah umur itu. Mamaku sering bernasehat sebelum aku berangkat sekolah. Pada zaman SD sebelum aku berangkat ke sekolahan, mamaku selalu menepuk pundakku dan dengan sok misterius bilang “Nak, teruslah bermimpi”. Dan aku pun menaatinya, tidur di kelas.


Enak ya kalo berharap, gratis tinggal pilih. Dan apapun bisa kita ambil, pilah-pilih dan mesukkin ke keranjang harapan. Berharap dan Ngarep aslinya punya arti yang sama tapi kalo dari kedengarannya (-kupingku), Ngarep itu adalah Harapan yang tingkatannya berlebihan. Atau kalo orang jawa bilangnya “Ora nyawang kahanan”. Ngarep itu berharap yang tinggi, karena harapan itu hakikatnya tinggi. Tapi ngarep itu adalah tingkatan harapan yang kondisi pengharap itu tahu dengan sadar kalo harapan yang dia pengeni itu gak mungkin tercapai. Menghayal. Misalnya banyaaaak, jadian sama Maudy Ayunda, nemu Honda jazz di jalan, atau nikah sama Wang Yihan. Itu tadi contoh-contoh Harapan yang tidak bertanggungjawab, Ngarep. Kebanyakan Ngarep itu tidak tercapai.

Yey! Ini dunia. Berarti tidak ada yang pasti, jadi harapan yang standard rakyat pun juga gak selalu tercapai. Harapan vs Realita judulnya itu mungkin. Rumusnya, Harapan – Kenyataan = Amsyong. Artinya jika kamu punya harapan yang begitu kamu perhitungkan, dan kembali lagi kamu adalah manusia yang gak semua permintaannya dikabulkan, trus di atas kamu adalah tuhan yang gak akan mengabulkan semua permintaan manusia. Artinya kenyataannya harapanmu gak tembus, dan kebanyakan manusia yang harapannya pupus adalah menjadi kecewa dan gak mau berharap lagi. Alias kapok. Dan menurutku agar tidak tumbuh benih-benih kekecewaan adalah dengan menurunkan standard harapan atau minimal me-wajar-kan harapan-harapanmu itu. Tekankan pada usaha dan do’a.

               Artinya jangan berharap hanya sekali, tapi berkali-kali. Butuh cadangan.
Categories:

0 comments:

Post a Comment