Thursday 19 November 2015

Aku Cahaya, Dan Kita Begitu Dekat.



Apa kabar kamu? Setelah hampir sebulan aku tidak mengunjungi satu-satunya tempat dimana kita bisa bertemu. Aku sekedar ingin tahu bagaimana keadaanmu di sana tanpa aku. Walaupun aku sudah tau jawabannya, jika kau akan selalu baik-baik saja dengan ada atau tidaknya aku. Seandainya kau tahu, aku di sini tak pernah melewatkan waktu untuk tidak merindukanmu. Merindukan matamu yang terkatup ketika kau tersenyum, merindukan suaramu di akhir diskusi, dan segala hal yang bisa kita lakukan bersama. Apakah kau masih setia berlama-lama membaca majalah-majalah usang itu?

Aku di sini memang merindukanmu. Tapi aku akan kembali. Kembali untuk membuatmu bangga, lalu bertahan disana agar kau bisa melihatku tidak dengan sebelah mata lagi. Kau tahu? mencintaimu itu rasanya sakit. Aku hanya bisa melihatmu tanpa bisa memiliki. Kita hanya berjarak begitu dekat, tapi sebenarnya kau begitu jauh di mataku.

Kau tahu apa yang kusesali sampai hari ini? aku menyesal mengenalmu di organisasi ini, terlebih sebagai atasanku. Karena dengan begitu akan ada batasan yang harus aku ingat. Walaupun jarak umur kita tak jauh berbeda. Kau tetap atasanku yang tak boleh aku miliki, setidaknya itulah kata sejarah orang-orang lama sebelum kita. Tapi aku tidak pernah menyesal karena telah mencintaimu. Aku juga berterima kasih pada Tuhan karena aku bisa mengenalmu.

Kau, yang membuatku bertahan. Semoga kau selalu diberi kekuatan untuk menjalani hari-harimu. Aku juga akan bertahan untuk terus bisa melihatmu tersenyum tanpa harus mengeluh karena sesakit apapun aku, aku akan kuat hanya dengan melihat kau tersenyum. Istirahatlah lebih banyak.

Kita begitu dekat.

Panggil saja aku Cahaya.
Categories:

0 comments:

Post a Comment