Tuesday, 24 November 2015

Sajak Anti-Serangan Fajar.



3 dino sak durunge pilihan,

Kowe, kowe, lan kowe guya-guyu lewat ngarep omah,


Kowe pancen tanggaku,


Nanging sak durunge, kowe kowe iku mung plengas-plengos ora tau tegur-sopo.


2 dino sak durunge pilihan,


Aku nyawang kowe, kowe malah ngguyu. Kemayu.


Aku wedi,


Tak pikir kowe Homo.


Tapi aku lego, jebule mesemmu kanggo kabeh wargo,


Dengaren sopan, biasane mendam-mendem tanpo aturan.


Sedino sak durunge pilihan,


Kowe nemoni aku neng samping omah,


Tak turuti.


Kowe isih guya-guyu, lha po rupaku lucu?


Kowe ngomong alon banget, koyo mbok batin.


“Sampun gadhah calon pilihan mas?” takonmu sok penting,


Rung tak jawab wis mbok selani, “kula saking tim 1 mas, niki kangge sangu pas milih”


“wheh!”
kowe kaget, nyawang duit 2puluh ewu tak gaplokne ndasmu.


“Pripun to mas? Mboten ngoten niki carane?” kowe ora paham opo sing mbok protes,


Kowe ngewenehi nganggo dalan sing salah, tak balekne lewat dalan sing podo,


Kowe pangeran kerajaan ngendi?


Wani mbayar wargo kanggo millih wong sing ora mbok kenal!


“Nek mboten purun, ngih sampun Mas,” Sampun matamu!


Kowe kok gelem dadi kacung? Saiki penak, sesuk remuk.


Mbok kiro aku ora ndue duit? Pancen ora ndue,


Tapi nek kowe mikir aku goblok, berarti kowe lan bos-mu sing goblok.


Yo uwis, mulih kono. Dadio kacung nganti suk mben kowe nyalon dadi wakil rakyat.


Dino pas pilihan,


Aku nyawang wargo sing mbok wenehi duit, podo seneng. Guya-guyu podo kowe.


Aku nongkrong neng TPS nganti bubar,


Nganti resmi nek bos-mu genah-genah kalah.


Wargo isih guya-guyu. Aku malah guya-guyu,


Mergo nyawang kowe, modar!




...

Buta Politik.


“Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya, lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi busuk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.” 
-Bertolt Brecht.

Jika dikaitkan dengan tanggal 9 Desember mendatang (Pilkada 2015), apa yang dikatakan Paman Bertolt tentang buta politik di atas mungkin bisa dijadikan penyemangat atau pembuka mata untuk lebih mengetahui dengan baik calon yang akan menjadi kepala daerah kita masing-masing, lalu pada akhirnya menjauhkan diri dari sikap apatis politik ataupun golput. Namun beda halnya jika kita langsung menengok apa yang dilakukan Setya Novanto, —entah salah atau benar, semua punya hak untuk beropini— pertemuan dengan Donald Trump, lalu kini kasus dugaan pencatutan nama presiden dalam pembicaraan kelanjutan kontrak Freeport yang memasuki babak baru, yaitu masuk pada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) bisa membuat rakyat Indonesia sengaja membutakan diri dari politik. Wait and see.

Masih berkaitan dengan Pilkada 2015. Begitu membingungkan untuk menjadi seorang pemilih, kalau tidak memilih disebut apatis, tapi tak jarang juga salah pilih. Saya pribadi sebagai masyarakat daerah kadang merasa tidak memiliki pemimpin daerah, entah saya yang acuh, entah kerja pemimpin daerah yang tak bisa dilihat atau dirasakan, bahkan mungkin karena memang tidak ada hal yang berubah dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya. Di daerah saya pun, sampai tulisan ini diturunkan, tak ada pengenalan calon yang dilakukan oleh tim sukses atau apapun itu sebutannya, mungkin mereka pikir kami tak perlu tahu atau bahkan mereka menganggap kami terlalu goblok untuk mencerna visi-misi politik. Dan mungkin pada akhirnya mereka lebih percaya dengan recehan Rp. 20.000 untuk menggoda pemilih dari daerah kami agar memilih calon yang hatinya telah mengasingkan diri dari masyarakat.

Memang tak dapat disangkal jika masyarakat masih memiliki teori “bakal milih yang ngasih duit paling banyak”. Hal yang biasa, bahkan mereka menyebutnya rezeki. Faktor ekonomi? Menurut saya tidak hanya itu, faktor busuknya moral calon-calon nakal besar pengaruhnya. Kalau hal itu tidak bisa diperbaiki, ya wakil rakyat atau pemimpin-pemimpin daerah Indonesia Cuma gitu-gitu aja.

Pernah dalam sebuah diskusi, Sudjiwo Tedjo mengatakan bahwa tanda-tanda hilang atau setidaknya berkurangnya korupsi di Indonesia adalah semakin sedikitnya orang-orang yang mencalonkan diri untuk menjadi Presiden, DPR, DPRD, Kepala Daerah, dan pejabat sejenis lainnya. Saya sangat setuju dengan pendapat Presiden Jancukers tersebut, karena gaji yang diperoleh terhitung kecil jika dibandingkan dengan kerjaannya yang sebenarnya berat, membutuhkan tenaga dan pikiran yang total. Kalau niat awalnya kerja seadanya atau menggampangkan ya semua pasti mau mencalonkan diri.

Oke, lihat saja apa yang bisa mereka lakukan. Calon pemimpin daerah yang terlihat sangat bernafsu menjabat. Oh iya, kita lihat juga MKD bisa berbuat apa. Kita lihat, siapa yang telah kehilangan Hati.

Jomblo Honorer.




Jomblo Honorer.

Jomblo Honorer. Tulisan singkat yang didedikasikan untuk dua predikat atau status yang merujuk pada dua aspek penting pada seorang individu. Jomblo dan pegawai honorer. Hati dan Passion.

Jomblo. Jika sebelumnya kalian telah meluangkan waktu untuk membaca artikel-artikel sebelumnya yang berkaitan dengan Jomblo, mungkin tak perlu dipertanyakan lagi mengapa predikat (Jomblo) yang sudah tak asing lagi ini pantas diberi perhatian. Tak pernah main-main dengan hatinya.

Honorer. Dalam kamus yang saya punya, honorer berarti: Not officially confirmed (in o.'s job) and so paid by stipends not salary. Silakan artikan ke dalam bahasa sendiri. Intinya: Berjuang! Karena berasal dari perkuliahan pendidikan, saya selalu salut dan menaruh respect kepada kawan-kawan yang masih setia mencoba konsisten pada janjinya (yang mungkin juga ada di dalam hatinya) untuk tetap mendidik pada kondisi apapun, dimanapun, dalam program apapun, dan bahkan dengan alasan apapun. Saya pikir apa yang mereka lakukan boleh disebut Passion.

Strong and Classy.

Kuat dan berkelas, maaf jika berlebihan tapi itulah dua hal yang terbesit kala melihat sosok Jomblo Honorer (bisa jomblo saja, boleh honorer saja). Saya yakin, menjadi Jomblo atau Honorer memang bukanlah pilihan bagus untuk kebanyakan orang, tapi saya juga yakin bahwa selalu ada orang-orang yang lebih hebat diantara orang hebat lainnya. Seperti berbagai cara orang untuk mencapai puncak gunung, ada yang hanya duduk diam di dalam kapsul yang berjalan pada kabel, dengan helicopter, balon udara dan banyak yang mendaki dengan kaki sendiri untuk lebih meniknati perjalanan, lebih dekat dengan alam, atau karena alasan simple “bersama kawan-kawan” (itulah yang saya lihat di film, karena belum pernah naik gunung). Semuanya juga menikmati perjalanan dan pemandangan, banyak alasan untuk menggunakan cara yang berbeda.

Seperti Jomblo dan Honorer, berusaha kuat mencapai puncak dengan cara yang berkelas. Tetap menunggu walau kemungkinan untuk tidak sampai akan selalu ada. Pantang menyerah sebelum bertanding. Karena mereka tahu, musuh paling berat adalah dirinya sendiri.

Stay Strong and Classy, Buddy!


“The real monster is a Human”
­-Scooby-Doo.



...

Maaf, Kalau Hanya Kamu, Tidaklah Cukup.




Hanya ditemani sore, kita bertemu di depan kostmu. Aku pikir seperti biasa, melihat pemandangan sambil ngobrol film, musik atau kegiatanmu. Ternyata tidak.

“Do you know love?” kau membuka. Sekarang aku tahu kenapa kau memanggilku.


Aku bergegas menghadap ke arah mu. Sedikit menekuk leher ke samping. Kau tahu artinya, menjelaskan sampai jelas.


“Aku menunggu, tapi ini terlalu lama” ha? kau membuatku tambah bingung. Tapi aku kira kau orang paling sabar.


Kau katup-kan wajahmu dengan kedua tangan, harusnya aku sudah lari. Lalu kau ungkit setiap detik yang kita lalui. “Kamu selalu melakukan hal terbaik untukku,” kau juga lupa untuk apa manusia diturunkan, sepertinya.


“Kapan kamu mau bilang Cinta untukku?” pertanyaanmu membuatku lebih baik diam, sebenarnya.


Ah,.


Mungkin kau pikir terlalu banyak waktu yang ku lewatkan. Tapi aku tak pernah bisa mengatakan Aku mencintaimu di tengah penumpang kereta, di tepi pantai, disela-sela konser, atau di dalam sangkar burung di pasar malam yang selalu kau sebut romantis. Bahkan aku tak bisa mengatakannya walaupun hanya kau yang ada di depan mataku. Aku takut. Tapi aku ingin semua orang tahu jika aku sangat mencintaimu, bukan hanya teman-temanmu, lebih dari semua orang yang ada di dunia ini. Aku akan bersama keluargaku, berbondong-bondong menuju ke rumahmu, saat itulah aku berani mengatakan Aku mencintaimu. Mungkin akan membuatmu kaget. Tapi. Maaf, “Aku mencintaimu” adalah milikku yang sangat berharga, kalau hanya kamu yang tahu, tidaklah cukup.


Kau mengusap matamu.


Ah, lagi-lagi. Aku tak paham kenapa kau menangis.



,,,

Thursday, 19 November 2015

Aku Cahaya, Dan Kita Begitu Dekat.



Apa kabar kamu? Setelah hampir sebulan aku tidak mengunjungi satu-satunya tempat dimana kita bisa bertemu. Aku sekedar ingin tahu bagaimana keadaanmu di sana tanpa aku. Walaupun aku sudah tau jawabannya, jika kau akan selalu baik-baik saja dengan ada atau tidaknya aku. Seandainya kau tahu, aku di sini tak pernah melewatkan waktu untuk tidak merindukanmu. Merindukan matamu yang terkatup ketika kau tersenyum, merindukan suaramu di akhir diskusi, dan segala hal yang bisa kita lakukan bersama. Apakah kau masih setia berlama-lama membaca majalah-majalah usang itu?

Aku di sini memang merindukanmu. Tapi aku akan kembali. Kembali untuk membuatmu bangga, lalu bertahan disana agar kau bisa melihatku tidak dengan sebelah mata lagi. Kau tahu? mencintaimu itu rasanya sakit. Aku hanya bisa melihatmu tanpa bisa memiliki. Kita hanya berjarak begitu dekat, tapi sebenarnya kau begitu jauh di mataku.

Kau tahu apa yang kusesali sampai hari ini? aku menyesal mengenalmu di organisasi ini, terlebih sebagai atasanku. Karena dengan begitu akan ada batasan yang harus aku ingat. Walaupun jarak umur kita tak jauh berbeda. Kau tetap atasanku yang tak boleh aku miliki, setidaknya itulah kata sejarah orang-orang lama sebelum kita. Tapi aku tidak pernah menyesal karena telah mencintaimu. Aku juga berterima kasih pada Tuhan karena aku bisa mengenalmu.

Kau, yang membuatku bertahan. Semoga kau selalu diberi kekuatan untuk menjalani hari-harimu. Aku juga akan bertahan untuk terus bisa melihatmu tersenyum tanpa harus mengeluh karena sesakit apapun aku, aku akan kuat hanya dengan melihat kau tersenyum. Istirahatlah lebih banyak.

Kita begitu dekat.

Panggil saja aku Cahaya.

Andai Hatimu Ada Dua, Mereka Takkan Panggil Aku Jomblo.



Berjaket hitam. Kau datang dengan wajah muram. Celana panjang loreng hijau khas tentara yang kau kenakan, kini terlihat tak cocok dengan wajahmu yang biasanya terkesan garang. Walau tampak lembut, kau duduk dengan tergesa-gesa. Kau ingin kuras keluhmu padaku. Aku yakin.

“Begini terus, capek” kata pertamamu, kau menatapku seperti ingin dikasihani.

Ku sodorkan sebotol air mineral, kau langsung meneguknya setengah habis, “Makasih, boleh nambah? Besok-besok yang ada rasanya lah”, kau tertawa tersipu. Mengecap bibirmu yang ranum dan mengkilap. Aku jadi tegang, meneguk liur, salah fokus. Maaf.

“Kamu kenapa lagi to Nda?” pasti, kalimat itu yang kamu tunggu.

Lalu berderet kalimat keluh sakitmu kau muntahkan dihadapanku. Aku ikut mual.

Seperti rutinitas, dalam keadaan ini kau selalu datang. Ku ibaratkan kau TV dan aku hanyalah rumah reparasi. Kau datang ketika hanya ingin memperbaiki kondisimu yang jengkel. Kau dengan mudah saja menceritakan tetek bengek kelakuannya yang membuatmu sakit hati.  Sikapnya yang acuh setiap kali kau membutuhkannya, hangatnya yang telah menjadi hal langka untukmu, dan tentang wanita lain yang kau jadikan kantong cemburu. Tapi aku senang, setidaknya ketika itu terjadi, kau akan datang padaku. Karena hanya denganku, kau bisa menceritakan segalanya, semuanya, sampai habis air matamu. Sampai puas pundakku kau sandari. Walaupun aku selalu mengkhawatirkanmu, sekhawatirnya aku dengan minuman bersoda yang sering kau minum. Tapi.. Bukankah rumah reparasi diciptakan untuk membenahi sesuatu yang salah, sesuatu yang rusak?

Sementara Dia, iya, dia yang kau cintai, Dia adalah rumah sebenarnya, tempatmu pulang, melepas lelah seharian. Dia adalah  tempatmu yang kau anggap ternyaman. Melanjutkan cerita yang sempat tertunda. Padaku, seberapapun lamanya kita bersama, aku sadar itu hanya sementara.

Semoga kau belum lupa, kau pernah bertanya, apakah aku sudah punya pasangan? Hah, seharusnya kamu tahu itu. Retoriskah? Atau kamu benar-benar memang tak menangkap sinyal itu? Aku menunggumu, menunggu hatimu kosong. Tapi tidak pernah, kau hanya akan selalu datang ketika kau sedang mangkel karena dia, sedang dilanda sedih, hati meradang seperti sekarang.

“Mungkin cewek-cewek sekarang buta ya, harusnya salah satu dari mereka sudah jadi pasangan kamu. Secara kan, kamu itu istimewa atau unik lebih tepatnya. Andai aja, hatiku ada dua………..” Katamu, dulu, berkoar-koar.

“Kenapa?”

“Akan kubagi untuk kalian berdua.”

Ah Sungguh Eninda, aku bukanlah jomblo. Aku ingin melepas masa jomblo sekarang. Semudah menikmati matamu.

7 Alasan "Putus Cinta" di Indonesia.


Di sini, putus cinta adalah putus hubungan pacar. Bukan patah hati, karena terkadang pacaran itu tidak pernah melibatkan Hati. Werr..

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengamatan pada lingkungan sekitar, disertai dengan analisis dangkal. Sekadar hiburan yang mungkin terkandung kebenaran di dalamnya. Sekali lagi, bukan untuk menyindir kalian yang sedang pacaran, bukan memberi referensi teknik memutuskan hubungan untuk kalian yang terjebak ke dalam hati yang asing, dan tulisan ini bukan ditujukan untuk mengingatkan kalian yang pernah diputusin pacar. Jomblo! Ya, tulisan ini saya dedikasikan untuk jomblo yang setia dengan ikrar yang terdengung dalam dinding-dinding hati yang tak dipungkiri semakin rapuh, berbanding lurus dengan pemanasan global. Hikhik.
Semakin tua umur tanah-air ini, semakin banyak pula remaja Indonesia yang menjalankan prosesi pacaran. Entah apapun alasan dalam berpacaran, yang pasti saya yakini adalah semakin banyak yang pacaran semakin banyak yang putus. Bukan bermaksud memandang remeh janji yang kalian ucapkan pada saat nembak atau ungkapan ambigu yang mewarnai setiap malam jelang tidur. Walaupun putus memang sebuah kemungkinan dari beberapa kemungkinan, tapi memang itu adanya. Meletus juga merupakan sebuah kemingkinan, pada balon yang terus ditiupkan udara kedalamnya, tanpa tahu setipis apa balonnya, tanpa paham kapan waktunya berhenti meniup. Dor! Kaget. Mengelus dada.

Kalian akan mengalami Putus setalah menjalani status Pacaran. Maksudnya, kalau tidak pernah pacaran ya tidak akan putus. Jadi, jangan sembarangan panggil orang lain “mantan”, pacaran aja belum Mblo! Dan inilah alasan-alasan pemuda konyol putusin pacar, beserta analisa:

1.    Bapak-Ibu Melarang.

“Maaf ya Mas, sama Ibu Aku engga boleh pacaran. Kita putus ya.”

Karena Orang tua melarang??? Orang tua jenis apa yang mengizinkan anaknya pacaran? Jenis teranyar~

Jika pacar kalian dulu pernah memakai alasan ini, jangan pikir dia adalah anak yang berbakti dan 100% nurut orang tua. Karena lebih tepatnya, dia adalah anak yang telat minta izin kepada orang tuanya. Mungkin, dia waktu sekolah ngasih surat-izin-tidak-masuk-sekolah-karena-sakit pas sudah sehat. Telat dan tidak berguna. Izin itu seperti niat, sesuatu yang ada di awal tetapi mempengaruhi sampai akhir.

2.    Fokus Belajar.

“Kak, ini mungkin engga enak, tapi Adik yakin ini terbaik. Kita masih sekolah. Aku ingin fokus belajar. Masa depan.”

Belajar jadi tidak fokus??? Pacaran di kelas atau pacaran sama papan tulis?

Alasan ini biasa digunakan oleh pelaku yang masih dalam kategori Pelajar. Anak sekolahan menggunakan senjata ini untuk mengusir kakak kelasnya. Pengguna alasan ini kebanyakan adalah pelajar di tahun awal (SMP kelas VII & SMA kelas X) yang takut sama kakak kelas yang juga berperan sebagai pacar. Jadi kalau pacarmu dulu pernah pakai alasan ini, jangan pernah berpikir bahwa pacarmu adalah juara olimpiade nasional atau pemegang rekor sebagai ranking pertama sejak taman kanak-kanak. Karena orang pintar minum tolak angin, bukan minum pacar. Eh.

3.    Aku Enggak Nyaman Pacaran Satu Sekolahan/Kampus/Tempat Kerja/Organisasi.

“Sorry, Aku baru ngerasain ini. Kita putus yah. Aku udah ngga nyaman.”

Tidak nyaman??? Bayi pasti juga ngomong kayak gitu kalau popoknya udah kebanyakan nyimpen pipis.

Beberapa orang menganggap bahwa solusi atas situasi ini adalah keluar atau pindah dari tempat yang sama. Tapi bukan itu. Karena, sebelum ungkapan ini muncul pasti ada ketidaknyamanan atau bahasa jujurnya “kamu begitu mengganggu”. Kemungkinan lainnya adalah pacarmu udah malu pacaran, atau dia melihat ada  eek  yang lebih berkilau.

4.    Aku Enggak Bisa LDR.

“Aku engga bisa jauh-jauh dari Kamu. Kita udahan aja ya. Hatimu masih Aku bawa.”

Tidak bisa berjauhan??? Jadilah bayangan, yang nempel Cuma kakinya, bukan hatinya.

Alasan diatas adalah hal wajar yang diucapkan oleh orang yang menganggap pacarnya sebagai Tukang Ojek (inilah yang sebenarnya disebut “Lebih dari Pacar”). Setia dan penuh manfaat. Antar-jemput sekolah/kampus, delivery makan malam ke kost, antar-jemput pasar, mall, stasiun atau bandara tanpa kepastian setelahnya adalah hal biasa. Kalau terpisah jarak ya terasa kurang, mau kemana-mana bingung. Tapi tenang, sudah banyak Ojek Online yang beroperasi. Eits, tapi bayarnya ya pakai uang, bukan kasih sayang, yang kadang lebih banyak palsunya. Ihiihi.

5.    Kita Kakak-Adik’an Aja.

“Mamas, Aku pengen putus. Aku mau kita Kakak-adik’an aja.”

Kakak-Adik’an aja??? Semena-mena~

Bagi kalian yang mungkin pernah menerima Request menjadi Kakak-Adik, coba pikirkan: kenapa menurut pacarmu kalian pantas menjadi kakak beradik? Kerap mengecup kening sebelum tidur (walaupun lewat messager)? Terlalu sering menyuapinya? Mengganti popok? Hm.. mungkin kalian terlalu memanjakannya. Jika hal ini terlanjur terjadi, pihak lain yang direpotkan adalah orang tua kita, karena mereka harus bolak balik ke kelurahan setempat hanya untuk ngedit kartu keluarga. Sabar Ma, nambah anak, nambah rezeki. Katanya. Aamiin.

6.    Kamu Terlalu Baik.

“Kita udahan aja ya, Kamu itu terlalu baik buat Aku. Kamu pasti dapat yang lebih baik.”

Kamu terlalu baik??? Seburuk apa yang kau minta?

Jika kalian menerima alasan seperti ini, pertama pasti bingung. Mungkin maksudnya agar kamu berpikir bahwa kamu bukanlah pihak yang bersalah, akhirnya diharuskan untuk tabah dan menerima takdir bahkan berbangga hati. Tapi masih membingungkan. Harus berlaku seperti apa? Jahat dosa, baik disalahin. Dan takaran terlalu baik itu sangat samar, mungkin: di jalan nemu duit Rp. 10.000 enggak diambil, tapi malah ditambahi Rp. 100.000,. Kamu Terlalu Baik adalah Kamu membosankan! (versi formal, sopan, dan klasik). Mungkin pacar kamu itu salah didik, kata orang tuanya dulu “nak, kalo udah gede cari pacar jangan yang terlalu baik lah. Copet, begal atau rampok lebih mantab.”

7.    Kamu Jomblo Sih!

“Kita putus!” | “Lhoh emang ada apa?” | “Ternyata selama ini kamu Jomblo!”

Karena kamu Jomblo! Ahhahha. Kamu nafas sih!

Ada apa dengan Jomblo? Haha. Alasan ini adalah alternatif belaka. Hanya digunakan untuk kalian yang telah bosan menggunakan apa yang telah luas beredar. Atau saking enggak ada alasan lainnya untuk putus dengan pacar. Atau kalau sudah bosan pacaran ya jangan banyak alasan. Jomblo aja~


“Wer fliegen lernen will, muss zuerst mit beiden Beiden auf dem Boden stehen.”
“Kalau mau belajar terbang, harus berdiri dulu. Berdiri diatas kaki sendiri.”
-Adolf Hitler.
“Berbahagialah kedua belah pihak. Jangan lupa jaga nama baik.”
-Jomblo Berkarakter Kuat dan Cadas.